Menulis Adalah Suatu Keharusan, Bukan Skill
dan Bakat
Profil Jufrizal
Banda Aceh. Jufrizal, adalah sapaan yang khas oleh teman-teman
serta mahasiswanya. Ia adalah anak ke-3 dari pasangan M. Daud dan Rosnah.
Ayahnya yang hanya lulusan SD bekerja sebagai petani. Sedangkan ibunya yang
lulusan SMP bekerja sebagai tukang jahit. Pria kelahiran Meureudu, Aceh Jaya
ini memiliki perawakan mirip penulis serta sutradara film profesional.
Mempunyai rambut panjang dan rada-rada berantakan merupakan favoritnya. Gaya
bicara yang sering menggunakan “aku”
dalam percakapannya seakan mengingatkan kita pada penulis terkenal Khairil
Anwar. Penulis yang populer dari puisinya yang berjudul AKU, ya memiliki sedikit kemiripan dengan Jufrizal. Letak
kemiripannya pada profesi kedua tokoh tersebut, mereka sama-sama hobi menulis.
Pria berumur 32 tahun ini memilki profesi serta
pekerjaan sebagai dosen dan penulis. Beliau mengajar studi-studi tentang
jurnalistik di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, UIN Ar-Raniry. Kampus yang dulu membesarkan namanya. Ia juga diberi tugas sebagai staf dekan.
Namun, walaupun di sibukkan waktu mengajar yang
padat serta sebagai staf dekan, ia masih tetap meluagkan waktu untuk menulis.
Biasanya, fakta dan realita yang terjadi di masyarakat yang tidak terlalu di
pandang oleh pemerintah menjadi bahan kritikan beliau dan dituangkan dalam
tulisannya yang dikirimkan keberbagai media yang mau memuat tulisannya.
Perjuangannya untuk mencapai titik sekarang ini
terbilang memotivasi siapa pun yang mendengarnya. Pasalnya, banyak kisah
menarik dari SD hingga ia menyelesaikan studi S2 nya di China yang patut untuk
diketahui. Apalagi topik yang menginspirasinya untuk menjadi seorang penulis
yang patut diperhitungkan di masa kuliahnya. Penulis akan sedikit membahas
kisah-kisah beliau yag akan menginspirasi kita menjadi seorang penulis.
Di awali dengan kisah masa kecilnya, suatu hari di
SD Meureudu tepatnya ketika ia kelas
3, seorang guru memberikan tugas mengarang bebas kepada jufrizal dan
teman-teman sekelas. Lalu dengan kemampuan menulis yang belum ada, ia mencoba
untuk menulis seadanya. Hasilnya, teman-teman dan gurunya mengejek dan
menertawakan ia karena yang ia tulis tidak jelas bahasa apa. Indonesia, China,
Inggris dan negara lainnya tidak masuk dalam tata bahasa penulisannya.
Pasalnya, ia memang siswa yang belum bisa membaca dan menulis, bahkan dari
kelas 1 hingga kelas 3. Dari peristiwa itulah ia terinspirasi bahwa saya harus
tetap menulis, menulis dan menulis.
Setelah ia belajar sungguh-sungguh, ia pun dapat
membaca dan menulis. Di bangku SMP dan SMA ia mulai berprestasi dan mendapatkan
ranking yang memuaskan.
Setelah menyelesaikan bangku sekolah di MAN
Meureudu, beliau melanjutkan studinya ke Kota Banda Aceh. Ia akhirnya diterima
di jurusan KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam), IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN).
Di bangku kuliahlah ia mendapatkan banyak pengalaman menjadi seorang wartawan.
Semester 3 ia mulai bergabung dengan organisasi-organisasi
kampus. Terutama sekali di himpunan mahasiswa jurusan. Selain itu, ia juga
tergabung di organisasi-organisasi yang basicnya menulis. Dari sini ia mulai
mencoba-coba menulis apapun. Karena dengan bakat dan kemampuannya menulis,
semester 5 ia mulai bekerja di media. Gaji pertamanya terbilang fantastis bagi
penulis pemula yaitu 700 ribu. Media perdana tempat ia bekerja tersebut ialah
PANTAU. Pada masa itu pimpinan Pantau adalah Andreas Hartono.
Selain aktif menulis di Pantau, ia juga aktif di
SumberPost dan Aceh Feature. Ia juga sosok yang berperan penting dalam
berdirinya SumberPost. Di Pantau dan Aceh Feature pada masa itu ada 6 orang penulis aktif asli Aceh. Karena
keprihatianan 3 orang tokoh pimpinan Pantau terhadap dunia jurnalis di Aceh,
tahun 2008 mereka mengajar studi jurnalistik di kampus IAIN Ar-Raniry. Ke tiga
tokoh itu yaitu, Andreas Hartono, Samiadji Bintang dan Linda Chisyanti.
Jufrizal banyak mendapat ilmu jurnalistik dari Linda dan Andres, karena ia
merasakan langsung diajarkan oleh mereka.
Setelah 5,5 tahun melanglang buana menjadi penulis
dan mahasiswa, ia baru bisa menyelesaikan studinya pada tahun 2011. Motivasi beliau
untuk menyelesaikan skripsinya tidak lain karena orangtua. Lalu pertanyaannya,
kenapa seorang penulis sendiri selama itu menyelesaikan skripsinya. Jawabannya,
karena ia sudah nyaman menjadi penulis di beberapa media dan sudah tidak
terlalu fokus pada skripsinya. Akhirnya, orang tuanya sendiri yang mengingatkan
beliau untuk menyelesaikan studinya.
Kemudian, ia melanjutkan studinya ke Nanchang
University di China dengan bantuan beasiswa selama 3 tahun.
Dalam sesi wawancara beberapa waktu yang lalu,
Jufrizal mengatakan “menulis adalah suatu
keharusan, bukan skill dan bakat”, inilah yang menjadi inspirasi saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar